Iqra, Amri, Amrullah
Ingatlah Saudaraku wasiat Ayahanda Guru Wesi Geni................
Bila gunungan kelir telah dibuat dari Besi Sembojo pertanda pertunjukan wayang terakhir..... yakni Kejadian sebenarnya pada diri manusia yang sekarang diatas bumi pulau ini, Harus di perlihatkan secara tuntas.
Tidak lagi bersanepo-sanepo sebagai pertanda bahwa"Perang Baratayudha" telah mulai disiapkan.
Gunungan wesi sebagai pertanda wayang terakhir........berarti Kisah sebenarnya harus dipertunjukkan, Untuk melihat Hukum, Terhukum, atau Menghukum.
Jika Gunungan Kulit, baru berwujud dari sari tanah melalui rumput dan ternak ....yang dikatakan hanya sebagai Lurah... Sedangkan
Bila gunungan Logam, Janji Sabdo Palon Nayo Genggong telah menuju ke barat pada akhir jaman ini.Dengan pertanda berikutnya sebuah gunung, akan mengiringkan peristiwa itu dengan letusannya! "Para Dewatapun bila mengingkari, akan termasuk...... TERHUKUM"......!
Renungkan Situasi dan Kondisi saai ini, dan Segeralah "MERAPAT". "Semut Hitam bertelur diatas Bara Api, maka muncul Burung Merak yang bersahabat dengan Buaya" Keonglah yang mengetahui Halnya, sebab matanya sebesar Kenong ( Gong ). Tikusnya bersenang-senang ngidung sebab PENJAGANYA hanya KUCING kurus saja. Keongpun melihat KATAK menguras lautan namun aneh kok mendapatkan BANTENG SERIBU (bukan IKAN PAUS), sedangkan penjaganya hanya KATAK saja. Akibatnya SEMUT MERAH mendemonstrasi GUNUNG MERAPI.
Hakekatnya : Mungkinkah Pohon Meranti Berbuah Delima ?
Silahkan saudara-saudaraku yang masih mengenang perjalanan Nur Alif merenungkan untuk diambil hikmahnya.........
Pesan wasiat ini disampai, Maret 1978 oleh Ayahanda Guru Wesi Geni
dikutip ulang, 22 Juli 1998 oleh Pawang Biru
dikutip ulang yang ke-2, 14 Februari 2010 oleh Purbojo
Ingatlah Saudaraku wasiat Ayahanda Guru Wesi Geni................
Bila gunungan kelir telah dibuat dari Besi Sembojo pertanda pertunjukan wayang terakhir..... yakni Kejadian sebenarnya pada diri manusia yang sekarang diatas bumi pulau ini, Harus di perlihatkan secara tuntas.
Tidak lagi bersanepo-sanepo sebagai pertanda bahwa"Perang Baratayudha" telah mulai disiapkan.
Gunungan wesi sebagai pertanda wayang terakhir........berarti Kisah sebenarnya harus dipertunjukkan, Untuk melihat Hukum, Terhukum, atau Menghukum.
Jika Gunungan Kulit, baru berwujud dari sari tanah melalui rumput dan ternak ....yang dikatakan hanya sebagai Lurah... Sedangkan
Bila gunungan Logam, Janji Sabdo Palon Nayo Genggong telah menuju ke barat pada akhir jaman ini.Dengan pertanda berikutnya sebuah gunung, akan mengiringkan peristiwa itu dengan letusannya! "Para Dewatapun bila mengingkari, akan termasuk...... TERHUKUM"......!
Renungkan Situasi dan Kondisi saai ini, dan Segeralah "MERAPAT". "Semut Hitam bertelur diatas Bara Api, maka muncul Burung Merak yang bersahabat dengan Buaya" Keonglah yang mengetahui Halnya, sebab matanya sebesar Kenong ( Gong ). Tikusnya bersenang-senang ngidung sebab PENJAGANYA hanya KUCING kurus saja. Keongpun melihat KATAK menguras lautan namun aneh kok mendapatkan BANTENG SERIBU (bukan IKAN PAUS), sedangkan penjaganya hanya KATAK saja. Akibatnya SEMUT MERAH mendemonstrasi GUNUNG MERAPI.
Hakekatnya : Mungkinkah Pohon Meranti Berbuah Delima ?
Silahkan saudara-saudaraku yang masih mengenang perjalanan Nur Alif merenungkan untuk diambil hikmahnya.........
Pesan wasiat ini disampai, Maret 1978 oleh Ayahanda Guru Wesi Geni
dikutip ulang, 22 Juli 1998 oleh Pawang Biru
dikutip ulang yang ke-2, 14 Februari 2010 oleh Purbojo